Senyawa Positif Dari Sambiloto
Kandungan Kimia asli Dalam Tumbuhan SambilotoTanaman sambiloto mengandung laktone dan . Laktone diperoleh dari Daun dan cabangnya, masing – masing mengandung : deoxyandrographolide, andropraholide, neonandrographolide, 14-deoxy-n, 12-didehydroandrographolide, dan homoandrographolide. Sedangkan sendiri paling banyak diperoleh dari akar dengan kandungandari akar yaitu poplymethoxyflavone, andrographin, panicolin, mono-o-methylwithin, dan apigenin-7, 4-dimethyil ether.
Khasiat tanaman
Khasiat: Antiinflamasi; Antipiretik; Analgesik; Diuretik; Stomakik; Antibengkak. Selain khasiat tersebut daun sambiloto memberi khasiat dari daun, seperti :
* Daun sambiloto berguna untuk obat malaria yang memiliki khasiat menurunkan panas.
* Daun sambiloto berguna untuk obat panas yang memiliki khasiat menurunkan panas.
* Daun sambiloto berguna untuk obat kurang gizi yang memiliki khasiat menambah nafsu makan.
* Daun sambiloto berguna untuk obat sakit perut yang memiliki khasiat meluruhkan kentut, menguatkan lambung, memperkuat saluran pencernaan, dan meredakan kejang.
* Daun sambiloto berguna untuk obat kulit yang memiliki khasiat mengurangi radang dan gatal
sambiloto adalah tanaman yang sangat berkhasiat bagi manusia dan juga termasuk salah satu tumbuhan yang mengandung flovanoid, dari artikel diatas saya bertanya dan ingin meminta sedikit ilmu kepada teman - teman, bagaimana sih proses megestrak flavonoid dari akar sambiloto ini, ??
BalasHapus* yuk diskusikan*
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusini adalah salah satu artikel yang saya baca yang berhubungan dengan ekstraksi flavonoid pada akar sambiloto Ekstraksi Flavonoid (Metode Markham
BalasHapus1988)
Rimpang temu putih dan daun-batang
sambiloto dibersihkan dengan air, diiris tipis,
dikeringudarakan lalu dikering oven pada
suhu (40-50) oC selama 4 sampai 5 hari.
diperoleh kadar air ± 10%, masing-masing
sebesar 4 sampai 5 hari. Setelah kering,
sampel kering diblender hingga diperoleh
serbuk dengan butiran–butiran yang cukup
halus. Serbuk tersebut ditimbang dan
selanjutnya digunakan sebagai sampel.
Kedua sampel, yaitu sambiloto dan temu
putih masing-masing diambil sebanyak 50 g
kemudian direndam (metode maserasi) dalam
200 mL pelarut metanol-air nisbah 9:1
sebanyak dua kali. Setelah itu, sampel
disaring dan diambil filtratnya. Residunya
dimaserasi kembali dengan 200 mL pelarut
metanol-air nisbah 1:1 sebanyak satu kali.
Kemudian dipisahkan antara filtrat dan
residunya. Setiap meserasi dilakukan selama
2x24 jam disertai pengadukan teratur. Seluruh
filtrat yang diperoleh dikumpulkan menjadi
satu. Filtrat kemudian dipekatkan dengan labu
penguap putar sampai diperoleh volume
menjadi sepertiga volume semula.
Ekstrak hasil pemekatan kemudian
dipartisi dengan heksana (teknis) sebanyak
dua kali. Lapisan MeOH-H2O dipisahkan dari
lapisan heksana, kemudian dipartisi dengan
kloroform (p.a) sebanyak satu kali. Lapisan
MeOH-H2O kemudian dipisahkan dari lapisan
kloroform. Proses partisi menggunakan
corong pisah. Fraksi air-MeOH digabungkan
dan diuapkan pelarutnya dengan labu penguap
putar hingga seluruh pelarut organik hilang.
Ekstrak hasil pemekatan labu penguap putar
kemudian di kering beku selama 24 jam untuk
menghilangkan sisa-sisa pelarut air.
(Lampiran 5). Sedangkan Lampiran 6
menggambarkan beberapa penguji terhadap
ekstrak kasar flavonoid yang telah didapat.
Rendemen (Lampiran 7) ekstrak kasar
flavonoid dihitung berdasarkan perhitungan
berikut:
( ) 100%
1- kadar air (bobot sampel) g
(Bobot ekstrak kasar flavonoid) g
ini link lengkap untuk sekedar penambahan pengetahuan
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46218/G06tra.pdf?sequence=1
Telah diisolasi dan diidentifikasi androgafolia dari herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees, Acanthaceae). Dengan ekstraksi sinambung menggunakan alat Soxhlet diikuti dengan pemekatan akstrak, filtrasi dan pencucian dengan aseton, diperoleh isolat kasar dengan kemurnian 92,6% dan rendemen 2,5%, yang selanjutnya dimurnikan secara kromatografi kolom menggunakan fase diam silika gel 60(0,063 – 0,2 mm) dan fase gerak n-heksana-etil asetat (1:5) sehingga diperoleh isolat yang mempunyai titik leleh, Rf, spektra ultraviolet dan inframerah karakteristik andrografolia. Ekstrak dibuat dengan cara ekstraksi sinambung menggunakan alat Soxhlet dengan pelarut aseton selama 20 jam. Hablur kasar yang diperoleh dari ekstraksi dipisahkan dan dicuci melalui penyaringan dengan corong Buchner, kemudian dilakukan pemeriksaan KLTdan titik leleh, fraksinasi hablur kasar dengan kromatografi kolom dan KCKT, lalu kemurnian isolat diuji secara KLT satu arah dan KLT dua dimensi. Isolat diidentifikasikan dengan menggunakan pembanding secara KLT, spektrofotometri ultraviolet, spektrofotometri inframerah. Dari serbuk herba diperoleh isolat andrografolia. Rendemen isolat kasar 2,5% dengan kemurnian isolat kasar diperkirakan 92,6%.
BalasHapusmenurut artikel yang sya baca,
BalasHapusSerbuk sambiloto yang terdiri atas batang
dan daun tanaman sambiloto diperoleh dari penelitian.
Ekstraksi dilakukan dengan
metode maserasi memakai pelarut metanol,
yaitu sebanyak 1000 g serbuk sambiloto
direndam dalam 3 liter pelarut metanol selama
24 jam lalu disaring. Ampas direndam lagi
dengan pelarut metanol. Perendaman dilakukan
4 kali sampai warna pelarut menjadi bening.
Proses ekstraksi dilakukan agar metabolit
sekunder terekstraksi. Filtrat yang diperoleh
diuapkan dengan rotary evaporator, dan
diperoleh ekstrak pekat yang selanjutnya disebut
ekstrak metanol herbal sambiloto. Selanjutnya
dilakukan uji fitokimia yang meliputi flavonoid,
alkaloid, tanin, terpenoid/steroid, saponin, dan
kuinon..
dari artikel yang saya baca
BalasHapusTanaman sambiloto dan rimpang temu putih diekstraksi dengan metode maserasi. Jenis
pelarut dan nisbah perbandingan mengikuti metode maserasi Markham (1988). Ekstraksi
menggunakan pelarut metanol-air dengan nisbah 9:1 dan 1:1. Setelah itu, dipartisi dengan
pelarut heksana dan kloroform. Rendemen ekstrak kasar flavonoid sambiloto dan rimpang
temu putih masing-masing sebesar 16,90% dan 19,81%. Selanjutnya, uji toksisitas larva
udang dan penentuan total fenol dilakukan. Daya inhibisi ekstrak kasar sambiloto
konsentrasi 300 ppm terhadap tirosin kinase adalah sebesar 67,19% atau lebih besar dari
kontrol positif (genistein), yaitu sebesar 6,71%. Daya inhibisi ekstrak kasar flavonoid
rimpang temu putih terhadap tirosin kinase konsentrasi 300 ppm dan 700 ppm masingmasing
sebesar 2,83% dan 27,49% atau lebih tinggi dibandingkan genistein. Daya hambat
ekstrak kasar sambiloto terhadap tirosin kinase cukup tinggi sehingga dapat berpotensi
sebagai obat antikanker, sedangkan daya hambat ekstrak kasar flavonoid temu putih lebih
rendah
Sebanyak 50 gram sampel Tumbuhan sambiloto (Andrographis paniculata Nees) yang telah berupa serbuk diekstraksi secara maserasi menggunakan 200 ml metanol di dalam labu Erlenmeyer 250 ml. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi karena ditinjau dari segi teksturnya yang lunak, selain itu juga untuk mencegah terjadinya kerusakan komponen kimia yang tidak tahan terhadap pemanasan. Penyari yang digunakan untuk mengekstraksi adalah metanol, karena metanol merupakan pelarut yang bersifat semi polar, dengan demikian methanol dapat menyari komponen-komponen kimia yang sifatnya polar maupun yang sifatnya non polar. Campuran tersebut lalu digojog kuat setiap 10 menit selama 1 jam setelah itu disaring menggunakan kertas saring. Filtrat yang didapatkan ditampung, dan ditambah 150 ml metanol kembali. Replikasi ini dilakukan sebanyak 2 kali.
HapusFiltrat yang diperoleh diuapkan diatas cawan porselen di atas penangas air, hingga didapatkan volume filtrat 10 ml. Kemudian ambil sedikit cuplikan untuk dilakukan uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan disimpan. Sisa dari cuplikan tersebut lalu ditambahkan 2 gram serbuk silika gel (adsorben) lalu diuapkan hingga kering.
dari artikel yang saya baca,
Hapusekstraksi flavonoid dari akar sambiloto yaitu Sejumlah sampel sambiloto digerus dalam mortir dengan sedikit air, pindahkan dalam tabung reaksi, tambahkan sedikit logam magnesium dan 5 tetes HCl 2 N, seluruh campuran dipanaskan selama 5–10 menit. Setelah disaring panas–panas dan filtrat dibiarkan dingin, kepada filtrat ditambahkan amil alkohol, lalu dikocok kuat–kuat, reaksi positif dengan terbentuknya warna merah pada lapisan amil alkohol.
Sambiloto (Andrographis Paniculata Nees) merupakan salah satu tanaman obat yang mudah di dapat di
BalasHapusIndonesia. Tanaman ini mempunyai kandungan kimia seperti andrografolid, flavonoid, minyak atsiri serta
mineral-mineral lainnya yang diketahui bersifat antiradang, antidiuretika, antianalgetika, dan antibakteri
(bakteriostatik). Seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai obat, salah satunya adalah obat batu
ginjal. Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri pemecah urea yang memicu terbentuknya batu
ginjal. Teknik pengambilan senyawa aktif yang terkandung dalam daun sambiloto adalah dengan ekstraksi
padat-cair (leaching) menggunakan metode sonikasi selama 20 menit. Penelitian merupakan kajian awal
yang bertujuan untuk mengkaji pengaruh konsentrasi dan tingkat kepolaran pelarut pada ekstraksi daun
sambiloto dengan metode sonikasi terhadap kemampuan ekstrak dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus, mengkaji hubungan antara kenaikan indeks bias ekstrak dengan akti vitas
bakteriostatiknya, dan mengkaji ketahanan ekstrak daun sambiloto terhadap oksidasi. Metode penelitian
yang digunakan adalah persiapan bahan baku (pengeringan daun) dan percobaan utama (ekstraksi dan
analisis). Variasi yang digunakan adalah tingkat kepolaran pelarut (air, etanol dan kloroform) dan
konsentrasi (2/20, 2/40, 2/60, 2/80, 2/100 gr/mL). Hasil ekstraksi dianalisis secara kualitatif dengan uji
aktivitas antibakteri metode kertas cakram, pengukuran indeks bias, dan uji ketahanan oksidasi dengan
metode weight gain. Hasil penelitian uji antibakteri didapatkan bahwa ekstrak etanol daun sambiloto
memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, tetapi tidak dapat
membunuhnya. Konsentrasi dan tingkat kepolaran pelarut mempengaruhi kemampuan ekstrak daun
sambiloto dalam menghambat pertumbuhan bakteri dengan DDH = 7,4 mm pada ekstrak etanol 2gr/40mL.
Proses ekstraksi terbukti dapat menaikkan nilai indeks bias dari pelarutnya, tetapi tidak ditemukan
kecenderungan tertentu antara kenaikan indeks bias dengan aktivitas bakteriostatik ekstrak. Ekstrak etanol
daun sambiloto dengan konsentrasi 2gr/40mL dinilai masih cukup baik dalam ketahanannya terhadap
oksidasi terhitung selama tujuh hari.
Sejumlah sampel digerus dalam mortir dengan sedikit air, pindahkan dalam tabung reaksi, tambahkan sedikit logam magnesium dan 5 tetes HCl 2 N, seluruh campuran dipanaskan selama 5–10 menit. Setelah disaring panas–panas dan filtrat dibiarkan dingin, kepada filtrat ditambahkan amil alkohol, lalu dikocok kuat–kuat, reaksi positif dengan terbentuknya warna merah pada lapisan amil alkohol (MMI V, 1989).
BalasHapusSelain itu dapat juga dilakukan dengan cara: Tanaman sambiloto dan rimpang temu putih diekstraksi dengan metode maserasi. Jenis
pelarut dan nisbah perbandingan mengikuti metode maserasi Markham (1988). Ekstraksimenggunakan pelarut metanol-air dengan nisbah 9:1 dan 1:1. Setelah itu, dipartisi denganpelarut heksana dan kloroform. Rendemen ekstrak kasar flavonoid sambiloto dan rimpang temu putih masing-masing sebesar 16,90% dan 19,81%. Selanjutnya, uji toksisitas larva udang dan penentuan total fenol dilakukan. Daya inhibisi ekstrak kasar sambiloto konsentrasi 300 ppm terhadap tirosin kinase adalah sebesar 67,19% atau lebih besar dari kontrol positif (genistein), yaitu sebesar 6,71%. Daya inhibisi ekstrak kasar flavonoid
rimpang temu putih terhadap tirosin kinase konsentrasi 300 ppm dan 700 ppm masingmasing
sebesar 2,83% dan 27,49% atau lebih tinggi dibandingkan genistein. Daya hambat ekstrak kasar sambiloto terhadap tirosin kinase cukup tinggi sehingga dapat berpotensi sebagai obat antikanker, sedangkan daya hambat ekstrak kasar flavonoid temu putih lebih rendah
Ekstraksi dengan Metode dekoktasi
BalasHapusProsedur :
1. Simplisia yang terdiri atas sambiloto disortasi dahulu untuk dipisahkan dari pengotornya. Kemudian simplisia diserbukkan lalu di timbang 500g simplisia yang akan diekstraksi. Setelah ditimbang masing-masing simplisia dilakukan dekoktasi menggunakan pelarut air pada temperatur 90oC selama 30 menit.
2. Ekstrak cair yang diperoleh kemudian di kentalkan dengan pemanasan hingga diperoleh ekstrak kental.
3. Berat ekstrak kental ditetapkan, kemudian dikonversikan terhadap volume ekstrak total yang diperoleh. Rendemen ekstrak ditetapkan dengan perumusan :
Rendemen (%) = Berat Ekstrak Total / Berat Simplisia x 100 %.
4. Dengan menggunakan ekstrak cair dilakukan dinamolisis dengan cara sebagai berikut :
Kertas saring Whatman diameter 10 cm titik pusatnya dilubangi kemudian dipasang sumbu yang terbuat dari kertas saring. Kertas saring bersumbu kemudian ditutupkan pada cawan petri yang berisi maserat. Lalu dibiarkan terjadi proses difusi sirkulasi selama beberapa saat (sekurang-kurangnya 10 menit). Lalu gambaran dinamolisis diamati.
1. Dengan menggunakan ekstrak kental, dilakukan analisis bobot jenis sebagai berikut :
Ditimbang piknometer volume tertentu dalam keadaan kosong, kemudian piknometer diisi penuh dengan air, dan dilakukan penimbangan ulang. Kerapatan air dapat ditetapkan, kemudian pikno dikosongkan dan diisi penuh dengan ekstrak, lalu ditimbang. Melalui berat ekstrak yang mempunyai volume tertentu dapat ditetapkan kerapatan ekstrak. Bobot jenis ekstrak ditetapkan dengan rumusan :
Bobot jenis ekstrak = Kerapatan Ekstrak / Kerapatan Air.