Pages

Jumat, 28 Desember 2012

UJIAN AKHIR SEMESTER



NAMA                        : ANTONI Z.N
NIM                            : A1C110001
MATA KULIAH       : KIMIA BAHAN ALAM
SKS                             : 2
DOSEN                      : Dr. Syamsurizal, M.Si
WAKTU                     : 22-29 Desember 2012 

1. Jelaskan dalam jalur biosintesis triterpenoid, identifikasilah faktor-faktor penting yang sangat menentukan dihasilkannya triterpenoid dalam kuantitas yang banyak.
2. Jelaskan dalam penentuan struktur flavonoid, kekhasan signal dan intensitas serapan dengan menggunakan spektrum IR dan NMR. Berikan dengan contoh sekurang-kurangnya dua struktur yang berbeda.
3. Dalam isolasi alkaloid, pada tahap awal dibutuhkan kondisi asam atau basa. Jelaskan dasar penggunaan reagen tersebut, dan berikan contohnya sekurang-kurangnya tiga macam alkaloid.
4. Jelaskan keterkaitan diantara biosintesis, metode isolasi dan penentuan struktur senyawa bahan alam . Berikan contohnya.
 
JAWAB :
1.       menurut pendapat saya tentang biosintesis terpenoid adalah :
·         Pembentukan isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat. Asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A (Ko-A) melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan Asetoasetil Ko-A. Senyawa ini dengan Asetil Ko-A melakukan kondensasi jenis Aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevalonat.
·         Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprena akan membentuk mono-, seskui-, di-, sester-, dan poli- terpenoida. Setelah asam mevalonat terbentuk, reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforilasi, eliminasi asam posfat, dan dekarboksilasi menghasilkan Isopentenil Pirofosfat (IPP). Selanjutnya berisomerisasi menjadi Dimetil Alil Pirofosfat (DMAPP) oleh enzim isomerase. IPP inilah yang bergabung dari kepala ke ekor dengan DMAPP. Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat mengasilkan Geranil Pirofosfat (GPP) yaitu senyawa antara bagi semua senyawa monoterpenoida. Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama menghasilkan Farnesil Pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpenoida. Senyawa diterpenoida diturunkan dari Geranil – Geranil Pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara satu uni IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama.
·         Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau unit C-20 menghasilkan triterpenoida dan steroida. Triterpenoida (C30) dan tetraterpenoida (C40) berasal dari dimerisasi C15 atau C20 dan bukan dari polimerisasi terus-menerus dari unit C-5. Yang banyak diketahui ialah dimerisasi FPP menjadi skualena yang merupakan triterpenoida dasar dan sumber dari triterpenoida lainnya dan steroida. Siklisasi dari skualena menghasilkan tetrasiklis triterpenoida lanosterol.
y    2. gugus khas pada flavonoid diantaranya gugus fenol dan terdiri dari 15 atom karbon yang membentuk 2 cincin aromatic yang digabungkan dengan cincin ketiga, contohnya kuersetin dan Kaempferol dengan struktur dibawah ini

 





kaempferol                                                               quersetin

    Spektrum IR memberikan informasi adanya pita serapan pada bilangan gelombang 1659 sampai 1580 cm−1 yang menunjukkan adanya gugus C=C aromatic dan munculnya serapan 3065 cm−1 menunjukkan adanya gugus C-H aromatik. Pita serapan pada bilangan gelombang 1738 cm−1 menunjukkan adanya gugus karbonil. Adanya gugus C-O-C ditunjukkan oleh serapan pada bilangan gelombang 1078 cm−1. Pita serapan pada bilangan gelombang 2926- 2855 cm−1 menunjukkan adanya regang C-H alifatik. Hal ini mengindikasikan adanya rantai alifatik, dimana  rantai alifatik ini berasal dari senyawa pengotor.

    Spektrum Massa senyawa hasil isolasi
    Sinyal-sinyal 13C-NMR ester asam lemak ini yang muncul pada daerah C-H alifatik yaitu pada daerah 11,1662 sampai 38,8941 ppm sehingga tidak mempengaruhi sinyal 13C-NMR senyawa flavonoid yang umumnya muncul pada daerah C-H aromatik yaitu pada 62,2248 - 182,6558 ppm. Spektrum massa untuk puncak dengan waktu retensi 20,377 menit memperlihatkan adanya puncak ion (M+1) pada m/z 285. Pecahan cincin A dan B pada senyawa flavon menghasilkan A1 m/z 182 dan B1 m/z 102. Hilangnya −CH3 (massa 15) sehingga menghasilkan m/z 167 dari puncak m/z 182 mengindikasikan adanya pola oksigenasi −CH3 pada senyawa flavon. Selain itu, muncul puncak dasar m/z 139 yang terbentuk dengan hilangnya molekul C=O (massa 28) dari puncak m/z 167. Hal ini lebih memperkuat dugaan bahwa terdapat gugus metoksi pada C8. 

Pergeseran kimia atom C senyawa isolat pada spektrum 13C-NMR


       Berdasarkan perbandingan geseran kimia 13C-NMR antara wogonin dan senyawa hasil pemisahan, didapat bahwa geseran kimia antara keduanya hampir sama. Perbedaan yang ada tidak terlalu signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur senyawa hasil isolasi adalah 5-7-dihidroksi-8-metoksiflavon.

     Flavonoid Kuersetin 
     dari spektorkopi NMR diketahui bahwa senyawa tersebut mengandung 15 atom C dengan rumus C15H10O7. Selanjutnya dari spketrum IR:


Dari spektrum tersebut, diketahui bahwa senyawa mengandung gugus hidroksil, C-H alifatik, C=C serta dua buah H yang bertetangga dalam cincin aromatik dari daerah serapan yang ditunjukkan.
     Strukturnya :
      3. dalam isolasi alkaloid, pada tahap awal menambahkan reagenasam atau basa adalah bertujuan untuk mengaramkan alkaloid yang terkandungdalam sampel. Alkaloid bersifat basa yang mudah menguap, dengan menjadikannyasuatu kristal garam dengan penambahan reagen asam supaya tidak mudah menguap.Karena garam sulit menguap. Reagen basa juga dapat menetralkan alkaloid danmembentuk basa bebasnya yang akan lebih mudah di jerap oleh pelarut organikyang digunakan.Contohnya:a)      Isolasi senyawa alkaloida yang terdapat pada biji tumbuhanmahoni (Swietenia mahogani Jacq.) dilakukan dengan teknik maserasi denganpelarut methanol. Ekstrak metanol yang dihasilkan dipekatkan kemudian diekstraksi partisi dengan n-heksana, kemudian diasamkan dengan HCl 2M sampaipH=2. dibasakan dengan Na2CO3 5% sampai pH = 8-9 kemudian diekstraksi partisidengan dietil eter,lalu dipekatkan. Ekstrak pekat dietil yang merupakanalkaloida total dianalisis KLT lalu dipisahkan dengan kolom kromatografi denganeluen kloroform : metanol ( 70:30 ) v/v yang menghasilkan kristal berwarnakuning pucat pada fraksi 10-15 dengan Rf=0,74 sebanyak 2,008 g dengan titiklebur 92-94 oC dan pada fraksi 18-20 dengan Rf=0,70 sebanyak 0,731 g dengantitik lebur 83-85 oC. Kristal tersebut dianalisis dengan menggunakanspektroskopi Infra Merah dan Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti Proton.b)      Isolasi Alkaloid dari Batang Kayu Ni (Berberis FortuneiLindl) Kandungan KimiaHasil :Isolat berwarna kuning terang Rf 0,22 dengan gugus –OH, ikatan C=C aromatik,C-N, dan C-O. Isolat diduga sebagai turunan berberin. IsolasiEkstraksidilakukan secara refluks sebanyak delapan kali dengan etanol dan dipekatkandengan penguap putar vakum. Ekstrak dipantau secara KLT dengan fase diam silikagel GF254 dan pengembang n-propanol-asam format-air (90:1:9).Fraksinasi secara ekstraksi cair-cair menggunakan metode asam basa. Ekstrakdiasamkan, diekstraksi dengan klorofom. Fraksi air dibasakan, diekstraksidengan kloroform diperoleh fraksi kloroform 2 dan fraksi air. Setiap fraksidipantau dengan KLT dengan pengembang n-propanol-asam format-air (90:1:9),terlihat senyawa yang diduga sebagai berberin pada fraksi kloroform 1 dan 2. c)      Isolasi Alkaloid dari Biji Alpukat (Perseaamericana Mill.) IsolasiSimplisiabiji alpukat setelah diekstraksi sinambung dengan pelarut n-heksana dan etanolmenggunakan alat Soxhlet, diekstraksi cair-cair berdasarkan perbedaan keasamandan kebasaan. Isolat dari fraksi dimurnikan dengan kromatografi lapis tipis(KLT) preparatif kemudian direkristalisasi Kromatogram KLT dua dimensi isolatmenunjukkan satu bercak yang bereaksi dengan penampak bercak Dragendorff.Isolat yang merupakan alkaloid ini menunjukkan serapan maksimum pada panjanggelombang 203, 219 dan 225 nm. Spektrum inframerahnya menunjukkan adanya gugus N-H,C-N, CH2 dan CH3 dan memiliki jarak lebur 64,1 – 65,9oC.  

4. Pelajaran tentang bahan alam diawali dengan isolasi, identifikasi, dan klasifikasi senyawa yang terdapat didalamnya dan hubungannya dengan materi hidup. Pekerjaan jenis ini  mempunyai hubungan dengan tumbuhan atau memeriksa fisiologi dari peninggalan yang penting, tetapi banyak ahli kimia organik  bekerja dalam bidang kimia bahan alam sekarang sedang perhatian pada reaksi-reaksi kimia yang terdapat dalam sel hidup dan batasan antara kimia organik, kimia biologi, dan biokimia yang perkembangannya masih samar-samar.
Biosintesis merupakan pembentukkan molekul alami yang terjadi di dalam sel dari molekul lain yang kurang rumit strukturnya, melalui reaksi endeorganik. Sedangkan jalur biosintetis dapat diartikan sebagai urutan atau proses yang di dalamnya terdiri atas tahap-tahap pembentukkan dari senyawa yang sederhana menjadi senyawa kompleks. Proses biosintesis akan berlangsung sangat kompleks, tergantung dari macam enzim yang tersedia sehingga tumbuhan sejenis yang tumbuh di daerah yang berbeda sangat memungkinkan untuk mempunyai jalur pembentukkan metabolit tertentu yang tidak identik.
Pada dasarnya isolasi senyawa kimia dari bahan alam itu adalah sebuah usaha bagaimana caranya memisahkan senyawa yang bercampur sehingga kita dapat menghasilkan senayawa tunggal yang murni.
Setelah dilakukan proses isolasi, maka akan dilakukan identifikasi yaitu penentuan struktur dari senyawa bahan alam tersebut.
Contonhya alkaloid, pada biosintesis diketahui bahwa alkalioid umumnya bersifat basa, sehingga pada isolasinya harus digunakan dalam suasana basa dan penambahan asam agar terbentuk garam dan mudah isolasi. Tanpa harus merubah dan merusak struktur dari alkaloid tersebut.

Jumat, 30 November 2012

Nikotin Farmakologi


Farmakokinetika

Nikotin memasuki tubuh, itu didistribusikan dengan cepat melalui aliran darah dan bisa menyeberang blood - brain barrier. Rata-rata dibutuhkan sekitar tujuh detik untuk zat untuk mencapai otak ketika dihirup. Half life nikotin dalam tubuh adalah sekitar dua jam.
Jumlah nikotin yang diserap oleh tubuh dari merokok tergantung pada banyak faktor, termasuk jenis tembakau, apakah asapnya dihirup, dan Apakah filter akan digunakan. Untuk mengunyah tembakau, mencelupkan tembakau, snus dan tembakau, yang diadakan di mulut antara bibir dan permen karet, atau diambil dalam hidung, jumlah yang dirilis ke dalam tubuh cenderung jauh lebih besar daripada asap tembakau. Nikotin mengalami dalam hati oleh enzim sitokrom P450 (kebanyakan CYP2A6, dan juga oleh CYP2B6). Metabolit utama adalah cotinine.
Metabolit utama lain termasuk nikotin '' N-oksida, nornicotine, ion isomethonium nikotin, nikotin 2-hydroxynicotine dan glucuronide.
Gluconuration dan metabolisme oksidatif nikotin untuk cotinine yang keduanya dihambat oleh menthol, aditif untuk mentholated rokok, sehingga meningkatkan half-life nikotin '' in vivo''.

Pharmacodynamics

Nikotin bertindak pada reseptor asetilkolin nicotinic, khususnya ganglion jenis nicotinic reseptor dan satu CNS nicotinic reseptor. Yang pertama hadir dalam medula adrenal dan di tempat lain, sedangkan yang terakhir ini hadir dalam sistem saraf pusat (SSP). Dalam konsentrasi kecil, nikotin meningkatkan aktivitas reseptor ini. Nikotin juga memiliki efek pada berbagai neurotransmiter lain melalui mekanisme kurang langsung.

Dalam SSP

Dengan mengikat reseptor asetilkolin nicotinic, nikotin meningkatkan tingkat neurotransmiter beberapa - bertindak sebagai semacam "kontrol volume". Diperkirakan peningkatan kadar dopamin di sirkuit hadiah otak bertanggung jawab untuk euforia, relaksasi, dan akhirnya kecanduan yang disebabkan konsumsi nikotin. Nikotin memiliki afinitas yang tinggi terhadap reseptor asetilkolin di otak dibanding di otot rangka, walaupun pada dosis beracun itu dapat menyebabkan kontraksi dan pernapasan kelumpuhan. Nikotin selektivitas diperkirakan menjadi karena perbedaan asam amino tertentu pada subtipe reseptor ini.
Asap tembakau memiliki monoamine oksidase inhibitor harman, norharman, anabasine, anatabine, dan nornicotine. Senyawa ini secara signifikan mengurangi aktivitas MAO di perokok. MAO enzim menghancurkan monoaminergic neurotransmiter dopamin, serotonin dan norepinefrin.
Paparan kronis nikotin melalui Tembakau merokok up-mengatur alpha4beta2 * nAChR di serebelum dan batang otak tetapi tidak habenulopeduncular struktur. Reseptor Alpha4beta2 dan alpha6beta2, sekarang di daerah tegmental ventral, memainkan peran penting dalam mediasi efek penguatan nikotin.

Di PNS

Nikotin juga mengaktifkan simpatik merangsang sistem saraf, bertindak melalui splanchnic saraf untuk medula adrenal, rilis adrenalin. Asetilkolin dirilis oleh preganglionic serat yang simpatik saraf ini berfungsi pada reseptor asetilkolin nicotinic, menyebabkan rilis adrenalin (dan norepinefrin) ke dalam aliran darah. Nikotin juga mempunyai afinitas untuk mengandung melanin jaringan berkat fungsinya prekursor dalam sintesis melanin atau yang mengikat ireversibel melanin dan nikotin. Ini telah disarankan untuk mendasari ketergantungan nikotin peningkatan dan lebih rendah merokok penghentian harga individu pigmen gelap.

Di adrenal medula

Dengan ganglion jenis nicotinic reseptor di medula adrenal nikotin meningkatkan aliran adrenalin (adrenalin), sebuah hormon yang merangsang. Oleh mengikat dengan reseptor, menyebabkan sel depolarization dan masuknya kalsium melalui kalsium tegangan-gated saluran. Kalsium memicu exocytosis butiran chromaffin dan dengan demikian rilis adrenalin (dan norepinefrin) ke dalam aliran darah. Rilis adrenalin (adrenalin) menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan respirasi, serta tingkat glukosa darah yang lebih tinggi.
Cotinine adalah produk sampingan dari metabolisme nikotin yang tetap dalam darah hingga 48 jam. Oleh karena itu dapat digunakan sebagai indikator seseorang terpapar nikotin.

Minggu, 25 November 2012

UJIAN MID SEMESTER

Matakuliah              : Kimia Bahan Alam
Kredit                       : 2 SKS
Dosen                       : Dr. Syamsurizal, M.Si
Hari/Tanggal            :  Sabtu, 24 november 2012
Waktu                       : 15.30 sd 09.00 pagi ( 26 november 2012 )
 
      1.     Kemukakan gagasan anda bagaimana cara mengubah suatu senyawa bahan alam yang tidak punya potensi ( tidak aktif ) dapat dibuat menjadi senyawa unggul yang memiliki potensi aktifitas biologis tinggi. Berikan dengan contoh.

2   2.     Jelaskan bagaimana idenya suatu senyawa bahan alam yang memiliki potensi biologis tinggi dan prospektif untuk kemaslahatan makhluk hidup dapat disintesis di laboratorium


3   3.     Jelaskan kaidah-kaidah pokok dalam memilih pelarut untuk isolasi dan purifikasi suatu senyawa bahan alam. Berikan dengan contoh untuk 4 golongan senyawa bahan alam : Terpenoid, alkaloid, Flavonoid, dan Steroid.

4   4.     Jelaskan dasar titik tolak penentuan struktur suatu senyawa organik. Bila senyawa bahan alam tersebuat adalah kafein misalnya. Kemukakan gagasan anda hal – hal pokok apa saja yang di perlukan untuk menentukan strukturnya secara keseluruhan.

JAWABAN :
1.           Mungkin dengan mempelajari lebih dalam lagi senyawa apa yang akan kita sintesis, dan apakah itu akan berguna masyarakat, Potensi aktifitas biologis suatu senyawa bahan alam ditentukan oleh kereaktifan struktur atau gugus fungsinya. Oleh sebab itu, untuk membuat senyawa menjadi senyawa unggul yang memiliki potensi aktifitas biologis tinggi, hal ini ditinjau dari struktur senyawanya atau mungkin dengan cara memodifikasi struktur atau gugus fungsi senyawa tersebut
2.       kita harus melihat dulu dan mempelajari senyawa yang akan kita sintesis, lalu kemudian baru kita identifikasi adakah senyawa tersebut berguna bagi manusia atau tidak, lihat tingkat keasamannya dan teliti susunan strukturnya, barulah bisa di sintesis di laboratorium,.
3.          Isolasi adalah proses pemisahan komponen – komponen kimia yang terdapat suatu bahan organisme . isolasi terdiri dari pemisahan , pemurnian , identifikasi dan penetapan . salah satu cara isolasi umum digunakan adalah kromatografi . pemisahan dari kromatografi ini didasarkan pada sifat adsorbsi atau partisi dari senyawa yang dipisahkan terhadap adsorben dan cairan pengulasi .
Kromatografi adlah cara pemisahan komponen dalam sediaan secara penyarian berfraksi , penyerapan , penukar ion pada zat berpori , atau dengan menggunakan cairan atau gas pengalir . pemisahan terjadi karena komponen cuplikan bergerak dengan jarak yang berbeda yang di sebabka oleh perbedaan retensi komponen yang dipisahkan . terjadinya pemisaha komponen yang disebabkan oleh adanya perbedaan distribusidi antara dua fasa , yaitu fasa diam dan fasa bergerak.
Beberapa teknik kromatografi yang sering dilakukan adalah kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom biasa, kromatografi kolom vakum cair, dan kromatografi gais-cair.

4.        kalau menurut saya dasar titik tolak penentuan struktur untuk kafein adalah dengan penentuan sifat fisik, titik leleh, sifat optis aktif lalu selanjutnya setelah itu ditentukan barulah melakukan analisis spektroskopi ultraviolet, NMR Proton dan NMR karbon. Kemudian mungkin barulah kita tahu struktur senyawa apa yang kita dapat .

Jumat, 02 November 2012


TERPENOID

            Terpenoid tersebar secara luas dan banyak ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi.  Terpenoid dihasilkan oleh fungi, organisme-organisme laut, serta serangga, dan pada tumbuhan.  Terpenoid didefinisikan sebagai produk alami yang strukturnya dibagi menjadi beberapa unit isoprene, karena itu senyawa ini disebut juga isoprenoid (C5H8).  Unit isoprene disusun atas asaetat melalui jalur asam mevalonat dan dihubungkan dengan rantai karbon yang mengandung 2 ikatan tak jenuh.
            Selama penyusunan terpenoid, dua unit isopren mengalami kondensasi antara kepala dan ekor.  Terpenoid yang tersusun atas 2 isopren membentuk senyawa golongan monoterpenoid (C10H16).  Sesquiterpen (C15H24) tersusun atas 3 unit isoprene, diterpenoid (C20H32) tersusun atas 4 unit isoprene, sesterpen (C25H40) tersusun atas 5 isopren, triterpenoid (C30H42) tersusun atas 6 unit isopren, dan tetraterpen (C40H64) tersusun atas 8 isopren.
            Penamaan terpenoid menurut IUPAC (International Union Of Pure Acid Applied Chemistry) panjang dan sulit, untuk itu penamaan terpenoid menggunakan nama trivial.  Terpenoid diklasifikasikan berdasarkan acyclic (rantai terbuka), monosiklik (1 cincin), bisiklik (2 cincin), trisiklik (3 cincin) dan sebagainya dan tidak hanya berdasarkan isoprene tetapi juga gabungan isomer-isomer seperti derivate oksigen, missal:  alcohol, aldehid, keton, fenol, eter, dan ester.  Dalam baasan terpenoid banyak natural produk lainnya yang tersusun oleh unit isoprene (alkaloid ergot) atau monotepenoid (quinine).  Contoh lain natural produk lainnya yang tersusun dari unit isoprene (alkaloid ergot) atau monoterpenoid yaitu cannabinoid, phylloquinones seperti vit K dan tokoferol (Vit E).  Terpenoid diisolasi dari alam sekitar 20.000 dari tanaman, hewan, maupun mikroorganisme.



BIOSINTESIS TERPENOID
            Biosintesisnya dengan penggabungan 3 asetil-koA melalui 2 tahap menjadi  (3S)-3-hidroksil-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA).  Selanjutnya terjadi reduksi HMG-CoA menjadi (3R) Asam mevalonat,  kemudian  terjadi dekarboksilasi ke bentuk isopentenilpirpphosphate (IPP) C5 membentuk terpenoid berupa isoprene dalam bentuk aktif.  Isomerisasi IPP ke 3,3 dimethyl allyl pyrophosphate kemudian kondensasi kepala dan ekor.  2 molekul C5 oleh phenyl transferase diubah menjadi Geranyl pyrophosphate (C10) atau GPP.  GPP sebgai substrat sintesis monoterpenoid dan precursor biosintesis monoterpenoid.
Gambar Jalur Biosíntesis Senyawa Golongan Terpenoid


MONOTERPENOID
            Telah dikenal lebih dari 100 terpenoid yang dihasilkan secara alami, banyak diantaranya telah diisolasi dari tanaman tingkat tinggi.  Monoterpenoid ditemukan paa sejumlah organisme laut, serangga, dan pada tanaman.  Sifat khas dari monoterpenoid adalah mudah menguap dan baunya khas.  Senyawa ini banyak terkandung pada tanaman yang memiliki bau khas, sehingga banak digunakan sebgai kompnen minyak menguap dari parfum dan dalam produksid dan pada industri makanan sebagai penambah aroma.
            Monoterpenoid telah diklasifikasikan menjadi 35 tipe struktur yang berbeda.  Tipe struktur yang paling sering terjadi adlah acyclic myrcane, monocyclic p-menthane, dan bicyclic bornane, cirane, tenchane, pinane, dan thujan.  Sementara banyak derivat monoterpenoid dari kelas ini terjadi secara alami dalam bentuk murni dalam beberapa tanaman, kedua enantiomer ini mungkin ditemukan.  Sepeti (+) dan (-)-alfa-pinen terdapat pada semua jenis pinus.
            Biosintesis monoterpen dimulai dari jalur kecil yang membawa ke isoprenoid lain pada asiklik, intermediate C10 Geranyl Phosphate.  Selanjutnya terbentuk Farnesil Pirofosfat (C15).